SyaikhulIslam Ibnu Taimiyah. Siapa saja yang mempelajari biografi Syaikhul Islam, dia akan mengetahui secara meyakinkan mengapa dia tidak menikah, dan meninggalkan Sunnah yang agung ini, padahal dia adalah orang yang paling bersemangat dalam mengikuti Sunnah. Jawabannya, bahwa dia tidak memiliki peluang untuk menikah dalam kehidupannya yang1 Raja-Raja 191-4 “Ketika Ahab memberitahukan kepada Izebel segala yang dilakukan Elia dan perihal Elia membunuh semua nabi itu dengan pedang, maka Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia “Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.” Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian dia ingin mati, katanya “cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambilah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku”. Banyak orang berkata bahwa bangsa kita adalah bangsa yang suka pelupa, ketika ada masalah yang besar, sementara dalam masapenyelidikan tiba-tiba muncul lagi masalah yang lain sehingga pemimpin segera lupa dengan masalah yang sebelumnya dan mulai terfokus lagi kepada masalah yang jika kita belajar dalam Alkitab, jujur kepada diri kita sendiri sering sekali kita juga mengalami hal yang seperti itu, mengalami penyakit lupa khususnya dalam pengiringan kita kepada Tuhan. Sama seperti Elia dia lupa dengan pengalaman besar yang telah dia alami sebelumnya bersama dengan Tuhan, jika kita pelajari pasal-pasal sebelumnya bagaimana Elia mengalami pertolongan Tuhan dengan luar biasa, bagaimana dengan Elia gagah perkasa berdiri di depan seluruh umat Israel, dia menantang Bani-bani baal untuk menurunkan api dari langit yang membuktikan bahwa Tuhan yang disembah dan yang dilayani adalah Allah yang hidup, dengan membuktikan Tuhan menurunkan api dari langit dan terbukti bahwa Tuhan yang disembah oleh Elia itulah Tuhan yang benar. Sehingga lewat peristiwa itu semua bangsa Israel menjadi percaya kepada Allah. Ada beberapa pengalaman-pengalaman yang luar biasa yang dialami oleh Elia bersama dengan Tuhan yaitu; Elia berdoa kepada Tuhan agar hujan selama tiga setengah tahun tidak turun, Elia berdoa lagi kepada Tuhan agar hujan turun dari langit dan berdoa agar api turun dari langit doa Elia didengar oleh Tuhan. Tetapi Alkitab katakana hanya beberapa saat kemudian Elia lupa dengan pengalaman rohani yang luar biasa yang telah dia alami dengan Izebel mendengar berita itu maka ia menjadi marah dan memerintahkan kepada pesuruhnya dengan mengeluarkan ancaman bagi Elia, jika besok waktu yang seperti ini engkau tidak seperti nabi-nabi baal yang engkau sembelih itu maka kiranya para dewa menghukum Izebel. Artinya Izebel bersumpah dia akan membunuh Elia melakukan perkara yang sama seperti yang dilakukan Elia kepada nabi-nabi baal. Mereka yang melayani di bawah pimpinan Izebel, ayat 3. Elia pergi bangkit menyelamatkan nyawanya, Elia yang gagah berani dapat berdiri di depan raja Ahab dan semua bangsa Israel di atas gunung ternyata menjadi takut dengan ancaman seorang wanita, sesunggunya Izebel tidak datang didepan Elia untuk mengancam atau berhadapan muka denga Elia, ayat 4. Berapa banyak juga dari kita orang-orang yang percaya pernah mengalami pengalaman seperti Elia, bersaksi menyampaikan pertolongan Tuhan yang ajaib dan luar biasa, tetapi beberapa hari kemudian ketika ada masalah yang besar mulai berkata lebih baik mati dari pada alami yang seperti ini. Kita harus belajar dalam hidup ini untuk tidak terlalu hanyut, jika kita alami kemenangan yang luar biasa dari Tuhan. Keluaran 16, dikatakan ketika orang Israel dipadang gurun baru melewati laut kolsom alami pengalaman yang luar biasa sehingga membuat mereka bernyanyi dan bersorak-sorak bagi Tuhan yang disertai dengan tarian. Tetapi Alkitab berkata sehari sesudahnya setelah alami kemenangan yang luar biasa itu. Beberapa hari kemudian mereka mulai mengeluh kepada Tuhan, karena tidak ada makanan, tidak ada air untuk diminum. ketika kita mulai ada di lembah kita mulai menjadi takut dan kuatir melihat kegelapan, melihat persoalan yang kita hadapi samapai kita lupa kepada kuasa Tuhan yang baru saja menolong kita. Sehingga kita mulai berkata sama seperti Elia, cukup Tuhan saya tidak mampu lagi untuk menhadapi persoalan ini, persoalan ini terlalu besar bagi saya, mati saja lebih baik dari pada sengsara mulai meminta jalan pintas kepada Tuhan. Kita harus belajar dari segala sesuatu yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita karena semuanya mendatangkan kebaikan, Roma 8 28. Jika kita alami persoalan, pencobaan atau masalah ada beberapa hal yang ingin kita lihat bersama dari surat 1 Korintus 1013 “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan menberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”. Ada beberapa kebenaran yang dapat kita lihat yaitu;Fakta pertama, tidak ada yang namanya pencobaan yang luar biasa, Alkitab katakan seberat apapun atau sebesar apapun pencobaan yang kita alami itu adalah pencobaan-pencobaan yang biasa yang tidak luar biasa. Yang luar biasa dalam hidup kita itu adalah Allah. Hanya sering kali kita putar fakta, kita katakan pencobaan yang luar biasa dan Allah menjadi yang biasa, sehingga kita melihat masalah itu menjadi hal yang tak dapat kita selesaikan. Fakta Kedua, yang tidak melebihi kekuatan manusia, pencobaan itu paling tinggi atau setaraf dan setingkat dengan kekuatan kita tidak pernah lebih, kalaupun Allah berikan lebih dari kekuatan kita yakinlah bahwa Allah akan menambahkan kekuatan kita sehingga kita diatas masalah itu, jika kita berkata pencobaan kita luar biasa, jika kita berkata bahwa masalah kita itu tidak dapat kita tangani lagi jika kita ungkapkan itu dari mulut kita terucap dua hal ini itu artinya secara tidak langsung kita sedang berkata bahawa Tuhan engkau pembohong, secara tidak langsung kita berkata bahwa Tuhan itu pendusta, sebab Tuhan berkata pencobaan yang kita alami adalah biasa, dan tidak melampaui kekuatan Paulus juga pernah alami pengalaman yang dialami oleh Elia, 2 Korintus 11 24-27 “Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung ditengah laut. Dalam perjalananku aku sering kali diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat”. Tetapi semua yang dialami Paulus itu dikatakan hanyalah pencobaan-pencobaan yang biasa yang tidak melebihi kekuatanya. Fakta Ketiga, sebab Allah setia dan kesetiaan Allah itu cukup bagi kita. Dia ada di gunung dan di lembah artinya ketika kita dalam kesuksesan dia ada, ketika kita dalam persoalan dia juga ada, sebab Dia adalah Allah yang setiaIbrani 415, “Sebab Imam besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa”. Imam besar yang kita punya itu bukanlah imam besar yang tidak turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, jadi kelemahan-kelemahan yang kita rasakan itu juga Tuhan rasakan. Kesulitan-kesulitan yang kita rasakan Tuhan bukan saja bersimpati dalam keadaan kita, tetapi Dia juga berempati, Roma 831. Fakta keempat, pada waktu kita dicobai Ia akan memberikan jalan keluar, Rasul Paulus ungkapkan pengalamanya yang sepertinya mirip dengan apa yang Elia alami, 2 Korintus 48-12. Allah yang setia itu akan memberikan kekuatan kepada kita supaya kita dapat menanggung segala persoalan dan Elia kembali dipulihkan Tuhan, ayat 15. ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan kepada Elia lewat kemampuan-kemampuan yang dimiliki olehnya. Sering kita tidak mengerti dan memahami dan kita tidak dapat menyelami jalan-jalan Tuhan, tetapi biarlah kita belajar dari firman Allah bahwa Dia Allah yang setia yang tidak pernah meninggalkan kehidupan kita yang percaya dan mengasihi-NYA. AMIN.
6 Tidak Pernah Menipu. Tuhan yesus ketika disalibkan tidak pernah bicara bohong agar bisa dibebaskan. Hal ini bisa kita contoh karena hendaknya hanya kebenaran saja yang ada pada diri kita walau kehidupan kita dipenuhi badai cobaan. 7. Tidak Pernah Mencaci. Roma 12:14 mengajarkan kita untuk memberkati orang yang menganiaya kita bukan untuk
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. September 2021 adalah bulan yang luar biasa karena setelah 6 tahun akhirnya aku bisa menikmati sensasi mendaki gunung yang tentunya butuh keseimbangan antara kekuatan fisik dan mental. Ya. Mendaki itu bukan sekedar harus memiliki fisik yang kuat saja. Pun dengan seluruh tenaga di jalur yang menanjak perlu kewarasan dan kita tidak bisa hanya mengandalkan fisik saja. Jika mental lemah, maka akan berpengaruh pada fisik. Seperti kaki yang semakin berat untuk melangkah membuat hati ingin menyerah. Menyerah! Wajar jika memiliki rasa seperti itu. Aku yang pernah dua kali mendaki gunung tertinggi di Jawa Barat saja masih memiliki perasaan menyerah ketika summit ke puncak Ciremai. Suhu udara yang rendah dan track jalur yang luar biasa menanjak rasa menyerah perlahan menggerogoti sebuah harapan. Harapan untuk berdiri tegak di puncak tertinggi setelah perjalanan yang sulit. Dimana hasil dari rasa lelah, putus asa hingga hampir menyerah terbayar tuntas. Sekalipun cuaca di puncak tidak menentu, tidak ada kata sia-sia atas perjuangan yang telah cara bersyukur. Apa pun hasilnya, proses menuju pencapaianlah yang terpenting. Di mana kita akan belajar bangkit kembali ketika terjatuh. Di mana kita harus membuat rencana cadangan jika ada hal yang tidak sejalan dengan rencana utama dan di mana kita menyadari bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan atau tidak. Sedetik pun Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Bahkan ketika kita yang justru melupakan Tuhan dan meninggalkan-Nya. Kuasanya selalu menyertai setiap hembusan nafas pengalaman ketika summit ke Puncak Ciremai bulan September tahun 2021. Dari Pos 5 Tanjakan Asoy aku dan teman-teman pendakian dari Cikarang berangkat siang, sekitar pukul Untuk summit jika ingin melihat sunrise seharusnya naik pukul dini hari. Akan tetapi karena hujan dan kabut yang tebal membuat kami menunda perjalanan. Dari pos 5 hingga pos 7 perjalanan mulai terasa berat namun kami masih bisa bertahan. Akan tetapi, dari pos tujuh ketika suhu udara semakin rendah rasa haus tidak tertahankan. Tenggorokan cepat kering, sedangkan persediaan air saat itulah, salah seorang teman melihat tumbuhan Arbei dan akhirnya kami memakan buah berwarna orange kemerahan tersebut untuk mengobati tenggorokan yang kering. Bahkan rasa asam dan manis yang bercampur membuat tenggorokan kembali rasa segar itu hanya sesaat, sedangkan menuju puncak masih jauh. Lalu, ada pendaki yang bersedia memberikan stok minumannya. Konon mereka sudah menimbun air putih. Dilihat dari pakaiannya mereka anak pecinta alam. 1 2 Lihat Humaniora SelengkapnyaYangberjanji tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita sendiri. Seperti tertulis di Ibrani 13:5. Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau, dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau. Mon - Feb 10, 2020 / 1721 / Inspirational Pernah gak kak, merasa tidak ada orang yang mengasihi kita? Atau, banyak orang yang meninggalkan kita? Atau merasa banyak yang tidak orang mengecewakan kita? Pasti rasanya gak enak banget ya kak. Sedih, marah, kesal, semua campur jadi satu. Kalau saat ini, kakak sedang merasakan itu, percaya satu hal kak. Apapun yang terjadi, Tuhan sangat mengasihi kakak loh! Karena itu juga, kakak harus mengasihi orang lain loh. Nah, berikut ini, ada beberapa ayat alkitab yang akan menguatkan kakak saat ini. Apa saja sih ayatnya? Yohanes 316 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroloeh hidup yang kekal.' Ayat ini mungkin sudah sering kita dengar, tapi tidak ada salahnya jika kita terus ingat ayat ini sebagai bukti bahwa Tuhan mengasihi kita. Bahkan, ia rela memberikan anak-Nya hanya untuk menyelamatkan kita loh! Jadi, masih kurang? 1 Yohanes 419 “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” Kita sering berpikir, kita harus mengasihi, supaya Tuhan mengasihi kita. Karena itu, ketika kita sedang ada masalah, kita berpikir kita kurang mengasihi. Itu sangat salah kak! Kita, yang sangat berdosa, diterima hanya karena Tuhan mengasihi kita. Perbuatan baik kita tidak membuat Tuhan lebih sayang kak. Karena, Tuhan memang selalu sayang kita. 1 Yohanes 48 “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebgb Allah adalah kasih.” Apa sih yang mencirikan kita sebagai anak Allah? Kasih. Ya, mengasihi sesama sama seperti meneladani Allah kak. Jadi, yuk mulai mengasihi sesama, agar kita semakin serupa dengan Allah. Amsal 1012 “Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran” Inilah indahnya kasih kak. Menutupi pelanggaran artinya kasih membuat pelanggaran orang lain bukan lagi hal yang harus kita ingat dan menjadi pahit bagi kita. Kasih menutupi itu, dan menjadikannya sukacita bagi kita. Jadi, yuk mengasihi! Baca juga SERBA SERBI PELAYAN SEKOLAH MINGGU – DILEMA PEMIMPIN PUJIAN SEKOLAH MINGGU Apapun yang terjadi, percayalah bahwa kasih Tuhan sempurna dan setia. Karena itu, kita pun harus belajar untuk saling mengasihi. Lepaskan dendam dan benci, karena itu akan menghambat hidup kita untuk semakin serupa dengan Tuhan. Jadi, selamat mengasihi kak! Daniel Okta Content Writer
V7 “Tanah telah memberi hasilnya, Allah, Allah kita, memberkati kita.”. Kita bersyukur karena Tuhan telah hadir dan memberkati kita, bahkan FT: Berkat-Nya selalu baru tiap hari (Rat. 3:23). Dia telah memelihara kita dengan mencukupkan kebutuhan hidup kita sehari-hari, bahkan berkelimpahan, kita bisa menikmati makan minum, tidak sampai
“Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Mat. 2820b Duka karena kehilangan Seorang gadis kecil yang kehilangan boneka kesayangannya biasanya akan menangis sedih. Bagi orang dewasa hal itu mungkin dianggap sepele, tapi bagi gadis kecil itu suatu masalah besar. Kehilangan sesuatu yang amat kita sayangi sungguh menyedihkan, saat orangtua kehilangan anak, istri kehilangan suami atau sebaliknya, saat ditinggal kekasih, kehilangan pekerjaan atau harta. Mengapa Engkau berdiam, Tuhan? Seperti anak minta tolong pada orangtuanya, kita pun sering berseru pada Bapa di Sorga mohon pertolonganNya. Namun, terkadang Tuhan seolah-olah berdiam diri. Doa yang kita panjatkan sepenuh hati seperti berlalu begitu saja tanpa jawaban. Anak kita yang sakit, tetap tidak sembuh. Tuhan seakan-akan meninggalkan kita dan tidak mau menolong. Kecewa, sedih, putus asa, dan marah kita berseru, “Tuhan, mengapa Engkau tidak peduli padaku? Bukankah aku selalu taat padaMu? Bukankah aku sudah melayaniMu dengan setia?” Bahkan raja Daud yang penuh urapan Tuhan pun menulis, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.” Maz. 222 Dimanakah Engkau? Seorang ibu menyaksikan anaknya berjuang melawan maut. Menangis, berdoa, berseru mohon pertolongan Tuhan, namun ajal tetap merenggut anak itu. Dalam deraian airmata, dia berbisik, “Dimanakah Engkau, Tuhan, ketika aku membutuhkanMu?” Seorang penginjil pergi ke Afrika. tapi hanya berhasil mengajak seorang anak kecil ikut Sekolah Minggu. Istrinya meninggal dunia. Penuh kemarahan dan kecewa, penginjil itu pulang ke negaranya. Membenci Tuhan dan hidup mabuk-mabukan. Saat berusia 70 tahun terbaring stroke, anaknya yang dibesarkan sahabatnya di Afrika, datang menjenguknya dan memberitahu bahwa anak kecil yang dulu ikut Sekolah Minggu, telah menjadi penginjil besar di Afrika dan memiliki puluhan ribu jemaat. Mendirikan banyak pos penginjilan, sekolah Alkitab, dan rumah sakit. Mendengar berita itu, penginjil tadi terhibur hatinya dan kembali menerima Yesus menjelang akhir hidupnya. Apakah Tuhan sungguh ada? Seorang wanita Kristen melayani di pedalaman Amerika Latin. Suatu hari desa itu diserbu gerombolan komunis. Wanita itu bersembunyi dan mohon perlindungan Tuhan, tapi dia ketahuan lalu diperkosa. Dengan sedih, kecewa, dan marah dia berkata, “Kini aku sadar Tuhan tidak ada sebab ternyata Dia tidak menolongku.” Lalu dia menjadi ateis. Bunda Teresa, seorang tokoh kemanusiaan, saat melihat penderitaan luar biasa yang dialami kaum miskin di Kalkuta, merasa tidak tahan lagi sehingga menulis dalam buku renungannya, “Tuhan, apakah Engkau sungguh-sungguh ada? Mengapa Kau biarkan semua penderitaan ini terjadi?” Belajar dari orang lain Saat menghadapi masalah yang menekan, iman bisa goyah. Tidak yakin lagi dengan kasih dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita. Namun marilah kita belajar dari pernyataan iman beberapa orang yang tetap memiliki iman teguh dalam Tuhan. Orang yang teguh imannya Di hadapan peti jenazah putranya, seorang ibu lain dengan sedih berkata, “Tuhan, Kau yang memberi, Kau yang mengambil. Kuserahkan anakku dalam lindungan kasihMu” Ibu itu amat kehilangan putranya, namun karena imannya yang teguh, dia mampu berkata seperti itu. Tiada hujatan, kemarahan, penuh kepasrahan, dan tanpa tuntutan. Dia tahu anaknya berada di tangan Allah yang penuh kasih sehingga dia tidak perlu larut dalam duka. Viktor Frankl seorang psikiater Yahudi tinggal di Austria. Ketika Nazi menyerbu negara itu, ia ditangkap dan dikirim ke kamp konsentrasi. Dia kehilangan istri yang sedang hamil, orangtua dan saudaranya. Dia amat menderita, namun tetap beriman pada Tuhan. Di kamp itu, dia menguatkan sesama tahanan. Dia dan temannya menolong tahanan lain dan membagikan roti jatahnya yang sedikit. Dalam penderitaan itu, iman dan kasihnya semakin nyata. Ketika bebas, dia berhasil meraih gelar doktor, menulis 150 buku dalam 15 bahasa, mendirikan Sekolah Psikoterapi Wina Ketiga. Pada usia 85 tahun menjadi profesor neurologi dan psikiatri dan menerima 29 gelar doktor kehormatan. Meninggal pada usia 92 tahun. Sungguh orang-orang yang amat teguh imannya Tokoh yang imannya teguh Ayub mengalami penderitaan luar biasa. Semua anaknya mati, harta habis, istri menegurnya, ia pun menderita penyakit. Tapi dia mampu berkata, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Ayub 121 Stefanus bahkan dihukum rajam, tapi dalam kesakitannya, dia mampu berdoa, “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.” Kis. 760 Tuhan tidak pernah tinggalkan Pada saat ini mungkin ada yang merasa sedih, kecewa, bahkan marah pada Tuhan karena Dia tidak segera memberi pertolongan. Ingatlah, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dia pun sedang bersedih bersamamu. Bukalah hatimu menerima penghiburan Tuhan sehingga menyegarkan dan menguatkan kembali hatimu. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu menyertai kita. Teguhkanlah imanmu. Amin. Yohannes Lie, Heartline, Jumat 14 Juni 2013GPdI Sukadana Baru, Joko Sulistiono, Minggu 25 September 2022 CfJpc.